99% Sumarah adalah refleksi dari dua buah jalan dalam bepikir mengenai definisi sebuah kekuatan sebagai seorang manusia. Pemikiran pertama mendefiniskan kekuatan sebagai sebuah kesempatan untuk menang, bagaimana untuk mendapatkan kekuasaan, dan untuk menjaga kekuasaan. Instalasi ini bertujuan untuk memberikan pemikiran interpretasi, tanpa pernah memberitahukan secara ekplisit, pengunjung harus mengunakan ide ide mereka dan pengalamannya untuk mendefinisikan hal tersebut. Hal itu lah yang membuat pemikiran kedua, yaitu Sumarah menjadi nyata. Sumarah adalah pengajaran spiritual dari jawa. Sumarah adalah seni untuk berpasrah diri, dimana menyerahkan dirimu kepada semesta. Sumarah adalah penyerahan tanpa berharap apapun, dimana rasionalitas menjadi lebur dan tidak meminta apa – apa, menerima keadaan apa adanya. Inilah sebuah kondisi yang paling alamiah.
Sumarah adalah instalasi yang sederhana yang terdiri dari 300 buah kotak berukuran 300 x 300 x 600 mm yang ditumpuk – tumpuk menjadi ruang yang sederhana namun terlihat rumit. Proses pengerjaannya sederhana memakan waktu kurang dari satu hari. Struktur tumpuk adalah sebuah cara yang primitif untuk membuat ruangan, dengan menggabungkan kurva parabolic dan kurva catenary, bangunan ini bisa menahan bebannya sendiri dengan sambungan sesedikit mungkin tanpa pondasi. Sumarah terdiri dari dua buah pintu keluar masuk yang membentuk siluet kurva catenary dimana ketika pengunjung masuk, akan dipertontonkan kehidupan alam, ikan dan tanaman sebagai simbol kehidupan. Dari tampak luar, instalasi ini akan terlihat kompleks membentuk bentuk bukit yang ditumpuk dari material nano technology. Namun dari dalam, memberikan kompleksitas, kehidupan itu sendiri tidak ada yang pernah sama, mendekati kondisi alam yang kompleks dan subtil itulah konsep mendasar dari ruang yang terbentuk. Tanaman – tanaman akan ditanam di udara segar, dan ikan – ikan akan dilepaskan di perairan yang segar sebagai refleksi dari kehidupan yang begitu indah.
Kata 99% berarti adalah sebuah proses yang hampir selesai dimana semua karya akan mengalami hal serupa dimana 1% adalah hasil interpretasi dari pengunjung, pengguna, dan 99 % adalah hasil dari kerja keras seluruh pihak dalam proses pembuatan. 1% dibutuhkan untuk melengkapi 99% menyadi 100 % dimana kekuatan kritik, interpretasi, dan gelak tawa dilantunkan untuk menandai perasaan cinta ketika satu karya dinilai, dirubah, dan diredefinisi lagi untuk kebutuhan di masa depan. tanpa 1 %, 99 % tidak akan menjadi 100 % oleh karena itu, karya dari arsitek seharusnya terbuka dalam produk dan proses untuk semua orang untuk melengkapinya.